Rabu, 06 Desember 2017

JALUR PERNIAGAAN SRIWIJAYA DENGAN CINA



JALUR PERNIAGAAN SRIWIJAYA DENGAN CINA

Oleh : Khoirunnis Salamah



Berdasarkan Berita Asing

Catatan I-Tsing
 Pada tahun 689 M, I-Tsing naik ke geladak kapal yang melintasi Sungai Sriwijaya untuk pergi ke Cina guna menyampaikan permohonan kiriman kertas dan tinta dari Kanton kepada seorang saudagar. Justru pada waktu itu saudagar tersebut telah bertemu dengan angin yang sesuai dan dia segera menaikkan layar setinggi-tingginya. Kelebihan pelayaran lain yang dinikmati kapal-kapal yang meninggalkan Palembang dan Jambi adalah dapat terus menuju laut luas melalui Terusan Gugusan Pulau Lingga dan Pulau Bangka. Di jalur itu tidak ada pulau di tepi pantai atau angin lokal yang menjadi hambatan pelayaran. Bagi kapal-kapal yang berlayar dari pelabuhan-pelabuhan ini ke Selat Malaka pada akhir tahun, Kepulauan Lingga menjadi tempat perlindungan dari lautan yang ganas dan arus selatan yang deras. Tetapi kelebihan-kelebihan alami ini tidak menjadi perangsang pertumbuhan perdagangan jika tidak ada pelaut yang mampu memanfaatkannya. Pada zaman Sriwijaya, pantai di Malaka terus berperan sebagai penghubung antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan, sedangkan Selat Malaka tetap merupakan bagian dari perjalanan ke Sumatera Selatan.

                                Catatan I-Tsing
Dari sini (Tamralipti) kita berlayar ke arah tenggara untuk dua bulan lamanya dan sampai ke Chieh-ch’a (Kedah). Tempat ini adalah milik Fo-shih (Sriwijaya). Masa kedatangan kapal adalah bulan pertama atau kedua. Jika [kita pergi dari Tamralipti] ke Srilanka, kita berlayar dengan kapal kea rah baratdaya, yang jaraknya 700 tingkat (yojana). Kita akan tinggal di sini (Kedah) hingga musim dingin. Kemudian kita terus berlayar dengan kapal ke arah selatan kira-kira sebulan lamanya dan sampai di Chou-Mo-lo-yu (Melayu). Sekarang negeri itu menjadi kerajaan Fo-shih-to. Masa kedatangan juga bulan pertama atau kedua. Kita tinggal di sana hingga pertengahan musim panas dan kemudian berlayar ke utara. Sesudah berjalan sebulan lebih sedikit, kita pun sampai di Kanton. Perjalanan itu (pelayaran dan perhentiannya) begitu rupa, hingga kita sampai di Kanton pada pertenghan tahun.

I-Tsing menyatakan bahwa untuk sampai ke Melayu dari Kedah diperlukan waktu yang sama dengan waktu untuk sampai ke Kanton dari Melayu. Dua perjalanan itu berlangsung satu bulan. Kutipan itu memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa kapal-kapal di Selat Malaka sama sekali tidak berada di ambang daerah Cina. Abu Zayd menekankan jauhnya jarak pusat perdagangan penting yang namanya Kalah di pantai barat Semenanjung Melayu dari Cina. Ia mengatakan jarak itu setengah perjalanan antara Cina dan Arab. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar