Rabu, 06 Desember 2017

SEKTOR DAN KOMODITI PERNIAGAAN SRIWIJAYA BERDASARKAN PRASASTI DAN BERITA ASING

SEKTOR DAN KOMODITI PERNIAGAAN SRIWIJAYA BERDASARKAN PRASASTI DAN BERITA ASING

 Oleh : Khoirunnis Salamah



Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang bergerak di bidang perniagaan. Pernyataan tersebut akan dikaji berdasarkan temuan prasasti dan berita asing.
1.      Berdasarkan Prasati Kedukan Bukit
Prasasti tertua diketemukan di daerah Kedukan Bukit, di tepi sungai Tatang, dekat Palembang. Angka tahunnya 604 Ҫaka atau 682 Masehi. Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuna, bunyinya :
1.      Swasti Ҫrȋ ḉakawarṣâtîta 605 ekâdaҫî ҫu-
2.      klapakṣa wulan waiҫâkha ḍapunta hiyam nâyik di
3.      sâmwau maṇalap siddhaŷatra di saptamî ҫuklapakṣa
4.      wulan jyeṣṭha ḍapunta hiyam marlapas dari minâna
5.      tâmwan mamâwa yaṃ wala dua lakṣa daṅan koḉa
6.      dua ratus câra di samwau daṅan jâlan sariwu
7.      tlu râtus sapulu dua wañakña dâtaṃ di mata  yap
8.      sukhacitta di pañcamî ҫuklapakṣa wulan………
9.      langhu mudita dâtaṃ marwuat wanua………..
10.  ҫr̂wijaya jaya siddhayâtra subhikṣa………….

Artinya :
1.      ,,Selamat tahun Ҫaka berdjalan 605 tanggal 11
2.      paro-terang bulan Waiҫaka, jang dipertuan Hyang naik di
3.      perahu mengambil perdjalanan sutji. Pada tanggal 7 paro terang.
4.      bulan Jyestha jang dipertuan Hyang berangkat dari Minanga.
5.      tâmwan membawa bala (tentara) dua puluh ribu dengan peti
6.      dua ratus berdjalan diperahu  dengan djalan (darat) seribu.
7.      tiga ratus sepuluh dua banjaknja. Datang dimata yap (?)
8.      bersuka-tjita pada tanggal lima bulan………..
9.      (dengan) mudah dan senang datang membuat kota……...
10.  Ҫrî-wi-jaya (dari sebab dapat) menang (karena) perdjalanan
sutji,  (jang menjebabkan) kemakmuran…………”(Poerbatjaraka, 1951:33-34).


Pada tahun 1983, Krom berusaha untuk menafsirkan prasasti Kedukan Bukit dengan pernyataan I-Tsing bahwa  sekembalinya ia dari Nalanda, Malayu sekarang telah menjadi Śrīwijaya. Jadi menurut Krom kerajaan Malayu ini ditundukkan oleh Sriwijaya pada tahun 682 M. Untuk memperkuat pendapatnya, ia mengajukan bacaan tiga huruf yang kabur sekali pada akhir baris ke-7, sehingga berbunyi malayu. Bacaan malayu oleh Krom dibantah oleh J.G. de Casparis yang tidak melihat kemungkinan adanya huruf ladi antara huruf yang sudah using tadi. Huruf yang dibaca la oleh Krom kemungkinan besar ialah huruf  ka.
Sehubungan dengan persoalan ini Poerbatjaraka mengatakan bahwa seandainya matayapini benar harus dibaca sebagai malayuseperti yang dikemukakan oleh Krom, maka makin jelaslah bahwa tentara yang disebut di dalam prasasti Kedukan Bukit ini, sebelum sampai di Palembang, lebih dahulu datang ke Malayu, yakni di daerah Jambi sekarang. Ditambah lagi jika kata mudita  boleh diartikan, yakni ke selatan ke Palembang. Seandainya dugaan ini benar, berarti dahulu di Jambi, lalu terus ke Palembang dengan mendapat kemenangan, lalu membuat kota di daerah itu yang diberi nama Śrīwijaya.
          Sementara itu Boechari secara meyakinkan telah berhasil membaca empat huruf di akhir baris ke-7 dari prasasti Kedudukan Bukit yang sudah sangat usang. Kata itu dibaca mukha upang. Nama upang dijumpai di peta-peta kuna dan masih ada sebagai nama sebuah desa kecil di sebelah timur laut Palembang di tepi sungai upang. Selain itu Boechari juga menduga bahwa prasasti Kedudukan Bukit memperingati usaha penaklukan daerah sekitar Palembang oleh Dapunta Hyang dan pendirian ibukota baru atau ibukota yang kedua di tempat ini.
          Beberapa penelitian berusaha mematahkan pendapat bahwa Palembang adalah pusat sebenarnya dari Sriwijaya, dan karena itu pusat yang lain harus dicari di Semenanjung Melayu. Kemudian pada tahun 1936, Profesor Coedes membahas “perubahan-perubahan paling aneh tentang kajian sejarah Sriwijaya dalam beberapa tahun belakangan ini”, dan ia menyerukan untuk menghentikan kecenderungan mencari daerah asal-usul lain kecuali Palembang.
Dataran rendah Palembang berupa tanah rata dan berawa-rawa. Seluruh daerah itu tidak cocok untuk pertanian, kecuali di beberapa bagian. Sebaliknya, daerah pedalaman atau dataran tinggi sangat produktif. Sedangkan, di bagian hulu sungai Musi, Sriwijaya memiliki akses memasuki daerah pedalaman yang menyediakan suplai komoditas lokal yang berlimpah semacam kayu, resin aromatik dan rempah-rempah.
Palembang memiliki akses gampang ke laut disebabkan oleh letak geografis situsnya. Wilayah itu sangat rendah dan rata yang memungkinkan gelombang laut tetap bisa terlihat jauh dari pedalaman muara Sungai Musi, sehingga memungkinkan kapal-kapal laut dalam bisa menyusuri sungai sampai ibukota tanpa memerlukan bongkar –muat kapal.
Didukung oleh daerah pedalaman yang luas dan kaya, lokasi Sriwijaya memberi para pemimpinnya sebuah kendali yang hebat atas komoditas-komoditas yang masuk dari laut Jawa ataupun yang akan berangkat ke India.


2.      Berdasarkan Berita Asing
a.    Berdarsarkan Berita Arab
Sumber pertama Arab berasal dari Ibn Hordadzbeh tahun
844-848 M.Ia mengatakan bahwa raja Zabag disebut maharaja. Kekuasaannya meliputi pulau-pulau di lautan Timur. Hasil negerinya adalah kapur barus. Terdapat banyak gajah disana. Setiap hari maharaja menerima 200 Mann emas. Emas-emas itu dilebur menjadi satu batang emas, kemudian dilemparkan ke dalam air sambil berkata “ini hartaku”. Pada tahun 902 M, Ibnu al Fakih memberitakan bahwa barang dagang kerajaan itu terdiri dari cengkih, kayu cendana, kapur barus, dan pala. Pelabuhannya yang besar di pantai barat Sumatra adalah Barus. Dari Ibn Rosteh tahun 903 M diketahui bahwa maharaja Zabag adalah maharaja terkaya dibandingkan dengan  raja-raja di India. Tahun 916 M, Abu Zaid mengabarkan bahwa setiap hari raja Zabag melemparkan segumpal emas ke dalam danau dekat istananya. Danau itu berhubungan dengan laut sehingga airnya payau. Raja menguasai banyak pulau-pulau, antara lain Sribuza dan Rami, juga Kalah.
            Ahli geografi Arab bernama Mas’udi pada tahun 955 M mengatakan bahwa penduduk Zabag banyak. Tentaranya tak terhitung. Negerinya menghasilkan kapur barus, kayu gaharu, cengkih, kayu cendana, pinang, pala, kapulaga, dan merica. Perdagangan maju sekali. Pelayaran dari Siraf dan Oman dikuasai oleh raja Zabag. Barus (Farus) menghasilkan  kapur barus. Kalah dan Sribuza memiliki tambang emas dan timah. Dari jenis komoditi perdagang, Sriwijaya mengendalikan perdagangan hasil bumi Nusantara. Cengkih dan pala misalnya dari Maluku, sedangkan kayu cendana dari pulau Timor, Nusa Tenggara. Menurut Tome Pires, komoditi-komoditi tersebut hanya terdapat di negeri-negeri itu, tempat lain tidak ada.

b.    Berdasarkan Berita Cina
Dari kitab sejarah dinasti Sung kita memperoleh keterangan bahwa
raja Sriwijaya pada tahun 960 M. ialah Se-li-Hu-ta-hsia-li-tan dan pada tahun 962 M. She-li-Wu-Yeh. Kedua nama itu mungkin dapat disamakan dengan Sri Udayadityawarman. Pada tahun 971, 972, 974, dan 975 M. ada beberapa utusan datang di Cina, tetapi tidakl menyebutkan nama rajanya. Sedangkan utusan yang datangtahun 980 dan 983 M. menyebutkan nama rajanya Hsia-she. Pada tahun 983 M. Fa-yu pendeta  Cina ketika pulang dari India  setelah mempelajari kitab-kitab suci, singgah di San-fo-tsi. Di sini ia berjumpa dengan pendeta India Mi-mo-lo-she-li (Vimlasri) yang ingin pergi ke Cina untuk  menerjemahkan kitab-kitab suci. Pada tahun 988 M. datang seorang utusan dari San-fo-tsi di Cina. Setelah ia tinggal di negeri Cina dua tahun, ia pergi ke Kanton disana ia mendengar bahwa negaranya diserang oleh  She-p’o. oleh karena itu ia terpaksa tinggal setahun lagi di Cina. Pada tahun 992 M. ia berlayar kembali ke Campa, tetapi karena tidak ada kabar apa pun tentang negerinya, ia kembali ke Cina dan memohon agar kaisar mengeluarkan pengumuman bahwa negerinya ada dibawah perlindungan kaisar. Berita adanya peperangan antara San-fo-tsi dan She-p’o diperkuat oleh keterangan utusan dari She-p’o yang datang pada tahun 922 M. Utusan ini mengatakan bahwa negerinya perang terus menerus dengan San-fo-tsi. Tetapi ia tidak menyebutkan bahwa She-p’o yang menyerang San-fo-tsi. Utusan ini membawa hadiah untuk kaisar berupa gading, mutiara, kayu cendana, sutra bersulam bunga dan emas, sutra berwarna, katu berwarna, kura-kura, pinang, pedang pendek yang tangkainya terbuat dari cula badak, tikar rotan, burung kakaktua putih, logam mulia dan rumah-rumahan kecil dari kayu cendana. Selain itu utusan tadi menceritakan bahwa rajanya bernama Aji Maraya, istri raja yang bukan parameswari bernama Lo-kien-si-po-li, sedangkan nakhoda kapal dagang disebut po-ho-wang dan istrinya disebut po-ho-pi-ni.
            Dari berita Cina lainnya diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1003 M. raja Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tiau-hwa
(Sri Cudamaniwarmadewa) mengirim dua utusan ke Cina untuk membawa upeti. Mereka mengatakan bahwa di negaranya didirikan sebuah bangunan suci agama Buddha untuk memuja agar kaisar panjang umur. Mereka memohon agar kaisar memberikan nama dan genta. Bangunan suci itu diberi nama Cheng-tien-wa-shou. Dalam tahun 1008 M. datang lagi satu perutusan dari raja yang bernama Se-li-ma-la-pi (Sri Marawi) ke Cina. Mungkin yang dimaksud di sini ialah Sri Marawijayattunggawarman. Utusan selanjutnya datang di Cina pada tahun 1016, 1017 dan 1018 M.

            Dari beberapa sumber data tersebut, dapat disimpulkan jika sistem perniagaan Sriwijaya bertumpu pada sektor pertanian maupun perkebunan. Komoditi yang dihasilkan diantaranya : kapur barus, kayu gaharu, cengkih, kayu cendana, pinang, pala, kapulaga, dan merica.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar